KURIKULUM MUATAN LOKAL WAJIB BERBASIS VALUES AND KNOWLEDGE EDUCATION (VaKE)
Mahasiswa S2 TEP Universitas PGRI Adi Buana Surabaya dan
Guru Bahasa Jawa SMP Negeri 3 Surabaya.
Lembaga pendidikan berperan penting dalam memenuhi kebutuhan dasar peserta didik dan mengembangkan kemampuannya terkait pemahaman peserta didik terhadap potensi atau kearifan lokal yang ada pada wilayahnya dan tertuang langsung dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013.
Mata pelajaran bahasa Jawa sebagai bagian dari mata pelajaran muatan lokal wajib sudah disahkan melalui tiga peraturan gubernur dari masing-masing provinsi, yakni Pergub Jateng No. 9 Tahun 2012 dan No. 57 Tahun 2013, Pergub DIY No.64 Tahun 2013, dan Pergub Jatim No. 19 Tahun 2014. Tujuan pembelajaran bahasa Jawa adalah peserta didik dapat :
1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik lisan maupun tulis;
2) menghargai dan bangga berbahasa daerah sebagai sarana berkomunikasi dan lambang kebanggaan serta identitas daerah; 3) memahami dan menggunakan bahasa daerah dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan;
4) menggunakan bahasa daerah untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional dan sosial;
5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra dan budaya daerah untuk memperhalus budi pekerti, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa;
6) Menghargai dan membanggakan sastra daerah sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Secara garis besar pembelajaran bahasa Jawa mengajarkan nilai-nilai luhur pembentuk akhlak mulia nan luhur sebagai bekal masa depan peserta didik nantinya.
Implementasi guru bahasa Jawa selama mengajar wajib menanamkan prinsip Values and Knowledge Education (VaKE) ke dalam materi pembelajarannya. Prinsip VaKE mengaitkan nilai-nilai empati dengan konteks kehidupan peserta didik tanpa mengabaikan pemahaman konsep pembelajaran bahasa Jawa, serta mengombinasikan nilai-nilai empati, moral, dan pengetahuan peserta didik dalam pendekatan konstruktivisme.
Selain itu, penerapan VaKE dilakukan melalui interaksi sosial dan pendekatan studi kasus yang memiliki dilema dan terintegrasi dengan isu-isu kritis dalam masyarakat yang dapat menimbulkan empati dalam diri peserta didik terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya.
Serta berperan aktif dalam menghasilkan solusi dan mengambil keputusan terhadap permasalahan yang dihadapinya. Kelebihan penerapan prinsip VaKE dalam pembelajaran bahasa Jawa adalah mengintegrasikan pengetahuan dalam konsep materi yang dijadikan landasan dalam mengintegrasikan nilai-nilai empati yang diharapkan dalam diri peserta didik.
Adapun lima tahapan pembelajaran bahasa Jawa yang ber-VaKE, yaitu value reflection (refleksi terhadap nilai dalam studi kasus dan dilema sebagai masalah yang terintegrasi oleh nilai empati), problem solving and decision making (fokus pada pengembangan keterampilan penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan), content integration (konsep materi pembelajaran bahasa Jawa diberikan melalui contoh-contoh yang mengintegrasikan nilai empati), project development (pengembangan proyek sebagai solusi masalah), dan transformation (evaluasi terhadap proses pembelajaran bahasa Jawa yang dilakukan dan refleksi terhadap perubahan nilai-nilai dan sikap empati peserta didik, serta pengetahuan (konsep materi pembelajaran bahasa Jawa) selama proses pembelajaran bahasa Jawa berlangsung antara guru dengan peserta didik.
@ (Burhan)