FPL (Forum Perjuangan Lokamandiri) turut andil dalam pengembangan Budaya di Putat Jaya Timur Kota Surabaya.
Surabaya,- Bincang santai dengan Sekjen FPL Djaring Sari di berlangsung dengan santai, aman dan penuh inovatif tentang peranan FPL di masyarakat sekitar, Senin, 10/10/2022.
Bincang santai di lakukan di Kantor FPL dengan alamat Putat Jaya Timur IVB no. 39 RT. 001 RW. 10 Putat Jaya Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya, Jawa Timur, pukul 10.00 WIB.
Struktur Kepengurusan Organisasi Federasi Perjuangan Lokamandiri.
Ketua : SA. Saputro
Ketua Harian:
M. Nuzaini Amin
Sekjen:
Djaring Sari
Bendahara:
Subekiyanto.
FPL sekarang adalah FPL yang baru. Yang lama dengan nama Forsa Pancadarma Lokamandiri. Sekarang sudah berganti dengan Forum Perjuangan Lokamandiri (FPL).
FPL yang lama beda dengan FOL yg baru yaitu Beda Arti dan Maknanya. FPL yang sekarang mempunyai Hak-Hak untuk mereka masing-masing, dengan memperjuangkan tanpa adanya bantuan dari manapun dan tanpa bantuan yang membekap orang yang dibelakangnya. Kegiatan tersebut untuk membangkitkan perekonomian dampak perekonomian setelah lokalisasi Jarak Dolly ditutup Pemkot Surabaya tahun 2014.
Program Pemkot Surabaya pada warga Jarak Dolly pasca penutupan lolisasi Jarak Dolly, masih belum berjalan sepenuhnya tuntas untuk warga sekitar Jarak Dolly. Menurut Sekjen Djaring Sari dari wawancara yang kami lakukan, uang yang tidak seberapa dan parahnya disunat oleh seseorang yang mengurus tidak memecahkan permasyalahan. Bukan uang yang kami butuhkan. Uang bisa habis begitu saja, setelah itu apa yg kami perbuat untuk menyambung hidup dan kehidupan setelah pasca penutupan lokalisasi.
Untuk lokalisasi prostitusi tidak apa-apa ditutup tapi swadaya yang telah dikerjakan tidak berjalan pada seharusnya.
FPL sudah mengajukan ke pemerintah dengan adanya surat untuk adensi tapi tidak ditemui dengan berbagai janji-janji dapat bertemu yang pada akhirnya sampai sekarang belum terlaksana
LPJ yang kami kerjakan dengan program-program yang dicanangkan belum diperhatikan, seperti produktif samiler, Arumi, sepatu, kripik singkong, kripik tahu dan lain-lain. Pada akhirnya produk yang dikerjakan untuk memperoleh pendapatan tidak berjalan dan akhirnya gulung tikar.
Untuk membangkitkan perekonomian disini, masyarakat masih canggung dan kwatir karena menganggap mereka takut terjadi lagi kejadian tahun 2014 tersebut yang membuat warga masih traumatik dalam hal tersebut.
Dengan didirikan FPL siap bantu permasyalahan yang ada di masyarakat sekitar. Siap bantu pendamingan dalam hal anak sekolah, urusan ke rumah Sakit, kependudukan. Untuk materi FPL belum siap/bisa karena kegiatan atas keikhlasan iuran sukarela dari anggota saja.
Tentang Kearifan Lokalnya dengan adanya rumah musik dengan nuansa mereka berpakaian kepayak yang merupakan peninggalan budaya daerah disitu, itu yang masih bisa untuk mencukupi kebutuhan keluarga sampai bisa menyekolahkan anak untuk kuliah.
FPL untuk mengembalikan jaman dahulu itu kampung yaitu kampung yang berbudaya ( tidak menghilangkan kebudayaan yang lama dan tidak menolak kebudayaan baru). Kolaborasi tersebut menjadi kampung yang berbudaya. Salah satunya rumah musik dengan kostum berpakaian kebaya.
Contoh budaya yang masih ada dan dilestarikan yaitu tiap pintu masuk gang yang berbeda yaitu gapuro tertulis alamat dengan huruf Honocoroko dan dibawanya baru alamat dengan nama gang tersebut. Dan yg cukup unik ya tiap masuk gang tersedia kendi untuk minum bagi mereka yang datang dan lewat, serta tersaji polo pendem swadaya dari keiklasan masyarakat setempat.
Kegiatan kemanusiaan kerap kali mereka lakukan untuk korban meletusnya gunung di Lumajang, Semeru dan lain-lain.
Organ lain yang turut bergabung saat ada kegiatan kemanusiaan antara lain:
1. PWSS : Paguyupan Warga Strenkali Surabaya
2. SPPJM : Serikat Pekerja Perkapalan Jasa Maritim
3. FSPMI : Federasi Serikat PekerjaMental Indonesia
4. KBA : Komunikasi Bunga Api
5. KOPI : Komunitas Pemuda Indonesia
6. SAMI : Serikat Mahasiswa Independent
7. BONEK Independent
8. Institut Nekat Belajar Bersama- Bersama Belajar. Pungkas Sekjen FPL Djaring Sari.
(Dyah)