Bau Menyengat Di Sekitar Ploso Wonoayu Sidoarjo,Diduga Pengolahan Minyak Jelantah
Kami bersama tim awak media hendak lewat melintas ke jalan ploso wonoayu sidoarjo,tidak sengaja lewat di jalan Ry ploso wonoayu ternyata ada bau menyengat,dan saya dan tim awak media berhenti mendatangi gudang tersebut, ternyata pintu di sebelah terbuka kami melihat ada drum drum yang di sinyalir berisi pengolahan minyak bekas atau minyak jelantah berceceran di jalan raya ploso wonoayu sidoarjo, dan di sebelah nya ada kantor PT Sion Surya Sakti.
Di tempat gudang tersebut tidak ada orang sama sekali,saya dan tim awak media menelusuri juga di gudang sebelah nya dan ternyata di situ ada 4 karyawan dan ada truck tangki biru putih ukuran 18 ton,saya dan tim awak media mengkonfirmasi salah satu karyawan yang tidak mau di sebutkan nama nya.
Mas..itu tangki isinya apa? dan gudang sebelah situ kok banyak drum drum nya produksi apa mas?dan yang punya pabrik ini siapa? "tanya tim awak media"..
Oohh tangki ini isinya minyak jelantah,mau kirim ke gudang tulangan untuk di import serta minyak bekas buat campuran makan ternak dan yang punya perusahaan dan gudang ini bapak Fth "jawab karyawan yang tidak mau di sebutkan namanya,sambil langsung menutup dan mengunci pintu gerbang gudang tersebut".
Tim awak media menelpon menghubungi melalui whats up pak Wn tangan kanan pak Fth ingin menanyakan legalitas dan ijin pebrik pengolahan minyak jelantah tersebut.
Setelah kami awak media telpon dan chating tidak ada jawaban sama sekali.
Disini tim dari awak media timbul kejanggalan dan kecurigaan di gudang yang di duga pengolahan minyak bekas atau jelantah.
Minyak jelantah belum jelas apakah masuk dalam kategori limbah atau tidak. Minyak jelantah pun tidak tertera dalam PP No. 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan dan Perlindungan Lingkungan Hidup.
“Karena belum ada regulasi yang jelas, maka minyak jelantah ini diibaratkan pisau bermata dua berhubung pasarnya sedang booming dan harganya baik pula,” ungkapnya.
Asal tahu saja, potensi minyak jelantah di Indonesia mencapai 3 juta kiloliter pada 2019. Di mana, sebanyak 2,43 juta kiloliter dijadikan minyak goreng daur ulang dan dijual kembali ke pasar. Sedangkan 570.000 kiloliter sisanya dipakai untuk biodiesel dan kebutuhan lainnya. (Fik)